You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Desa Rupe
Desa Rupe

Kec. Langgudu, Kab. Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat

Selamat Datang di Website Resmi Pemerintah Desa Rupe Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat Website ini mengunakan Aplikasi OpenSID, dirancang dan dikelola supaya terbuka bagi masyarakat dan pemangku kebijakan #SahabatDesa, disini anda bisa mengakses informasi tentang Penyelenggaraan Kepemerintahan, Pembangunan Kawasan Pedesaan, Pemberdayaan dan Pembinaan Kemasyarakatan Untuk Informasi Pengajuan Publik, silahkan klik menu e-PPID atau Layanan Mandiri. Informasi lebih lanjut Hubungi Operator Desa Jam Pelayanan Senin s.d Jum'at Pukul 08.00 - 15.30 wita. Alamat Kantor, Jl. Lintas Provinsi Tente – Karumbu. Hari Libur : TUTUP Informasi lainnya, dapat juga diakses melalui Halaman Facebook Pemerintah Desa Rupe. Terus Update dan ikuti Perkembangan informasinya. Terimakasih, Salam Berdesa!!!

Potret Tradisi "Weha Rima Angi" di Desa Rupe Kecamatan Langggudu

Administrator 03 September 2019 Dibaca 706 Kali
Potret Tradisi

Bima, Rupe.id -Tradisi Weha Rima angi adalah tradisi turun temurun masyarakat petani Desa Rupe. Desa Rupe adalah salah satu dari 15 desa di Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima dengan mayoritas penduduk bertani/berkebun dengan wilayah luas 1.708km memiliki potensi unggulan seperti padi,  jagung dan kacang tanah.


POTRET TRADISI "WEHA RIMA ANGI" PETANI DI DESA RUPE

 
Tradisi weha Rima angi dikalangan masyarakat Petani Desa Rupe, biasanya dilakukan para petani tanpa menerima upah dengan bergiliran membantu pada saat tanam dan panen. Istilah lainnya “Kali Cempe Angi” atau bergilir.
 
Namun seiring waktu, tradisi ini mulai memudar dan terkikis jaman. Hal ini terjadi menurut salah petani di Desa Rupe yang juga merupakan salah satu Ketua Kelompok Tani di "So Carigala" menjelaskan bahwa Tradisi Weha Rima Angi mulai terkikis jaman disebabkan para petani telah menggunakan pemanfaatan alat-alat pertanian modern.

selain itu, disebutkan juga bahwa salah satu faktor memudarnnya tradisi "Weha Rima Angi" adalah Tidak ada lagi perempuan generasi 1980-an yang ikut kerja sebagai buruh menanam padi, sebab biasanya mereka saling membantu satu sama lain. 10-20 tahun lagi ketika generasi tua sudah "pensiun", rasanya sulit menemukan buruh perempuan untuk menanam padi, Hal ini berimbas pada regenerasi petani dan kenaikan upah buruh tani. " ujarnya.

sejalan dengan itu, berdasarkan Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi BPS yang dilansir pada September 2017 menyebutkan bahwa pada Juli 2017 upah nominal buruh tani naik 0,18 persen dan upah ril naik 0,03 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

hal ini juga mempengaruhi terkikisnya Tradisi weha Rima Angi di Kalangan Petani Desa Rupe. Faktor ini berpengaruh terhadap tradisi "Weha Rima Angi" sehingga beralih ke Upah Harian baik saat tanam maupun panen. (red/SID)


Redaktor/Editor : Kamaruddin, S.Pd

Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image