Sejarah Asal Usul Desa Rupe.Desa Rupe pada dasarnya berasal dari dua perkampungan dibawah pimpinan Gelarang tersendiri, yang memiliki corak dan ciri khas adat istiadat yang berbeda. Kedua Perkampungan itu adalah kampung Kurujanga dan Kampung Rupe.
KURUJANGA
Kurujanga adalah sebuah kampung yang pertama kali bermukim di Pinggir Pantai tepatnya di Kalate Bajo sebelah timur Soro Kurujanga. Kemudian berpindah diatas dataran bukit doro kalendo, dan Selanjutnya pindah turun kesebelah barat laut kaki doro kalendo dipinggir lokasi persawahan so ladue dipesisir pantai teluk Waworada. Tempat tersebut sekarang disebut Hidi Rasa. Selanjutnya kampung tersebut, berpindah lagi ke Luru Mbolo, dan akhirnya bergeser lagi ke utara agar dekat dengan jalan raya. Dan sekarang kampung tersebut menjadi sebuah Dusun Yaitu Dusun Kurunjanga. Kemudian Dusun Kurunjaga di bagi menjadi dua Dusun yaitu : Dusun Sori Nocu dan Dusun Luru Mbolo.
Nama Kurujanga berasal dari dua kata, yakni Kuru dan Janga. Kuru berarti Kurungan, Janga berarti ayam. Kurujanga adalah kurungan ayam, yang maksudnya bahwa masyarakat disitu terdiri dari orang-orang yang gemar berternak ayam. Untuk keamanan ternak ayam dari musuh binatang malam, seperti Musang, mereka membuat kurungan berupa anyaman (Bahasa Bima: jura”) atau keranjang yang terbuat dari daun nipah.
Selain, sebagai masyarakat peternakpun, mereka sebagai masyarakat nelayan tradisional. Lama Kelamaan sekitar abad ke 19 kampung kurujanga sedikit demi sedikit pindah ke utara diantara perkampungan Karumbu dan Rupe. Wilayah pencaharian kurujanga menyebar ke selatan seberang teluk Waworada mulai so Sorobali, Soropeto, Karampi, Mamba NaE, Nanga Niu, Sido dan sampai ke tanjung Langgudu untuk Wilayah utara, sedangkan wilayah pantai selatan mulai dari so Mua, madobo, nipa, Woo lawele, kowo, dan kalongko.
Urutan Sejarah Kepemimpinan atau Gelarang Kurujanga di mulai, atau dibatasi sejak abad ke 18 sebagai berikut :
- Johan Ompu Tumbe (1880-1901)
- Abdul Latif Ompu Sanuria (1901-1921)
- Ibrahim ama Jawa (1921-1925)
- Talib ompu Fifa (1925-1932)
- Tayeb Abdul Latif (Ompu Biba) (1932-1949)
- H.Sulaiman Abdul Latif (1949-1953) yakni terakhir kurujanga.
Kepemimpinan yang dimulai pada tahun 1880-1932 masih diwarnai oleh gaya kepemimpinan feodalisme yang mengandalkan kekuatan fisik, karena pada jaman ini dipengaruhi oleh sistim yang dipraktikkan oleh kaum kolonialisme atau Negara-nagara yang menjajah. Kondisi kehidupan yang ada di kampong Kurujanga dimana rakyat selalu merendahkan diri kepada pemimpinnya karena merasa lemah baik fisik, maupun mentalnya lebih-lebih pengetahuannya masih rendah. Oleh karena pada jaman itu persaratan utama untuk menjadi seorang gelarang atau kepala desa adalah kuat fisiknya, mampu mentalnya dan karismanya untuk menguasai dan mengatur rakyat yang dipimpinnya.
Kepemimpinan yang dilaksanakan pada tahun 1932-1953 atas nama;
- Tayeb Abdul Latif (ompu Biba 1932-1949)
- H. Sulaiman Abdullatif 1949-1953.
Dua babakan sejarah kepemimpinan yang dilakukan oleh dua orang gelarang di atas sudah mulai dipengaruhi masuknya jaman kemerdekaan yang sistem kekuasaan pemimpin mulai diatur secara kondusif dan terbuka.
Peralihan sebagai babakan awal peraliahan sejarah kepemimpinan feodalisme dan otoriter menuju kepemimpinan yang demokratis. Mulai pada saat itu pula pembenahan dan penyempurnaan dilakukan menuju administrasi yang teratur.
RUPE
Asal mula perkampungan Rupe bertempat tinggal diatas dataran bukit Doro Umbu, kemudian pindah ke dataran rendah diantara So Doro Umbu dan Doro Pana, Tepatnya dipinggir Lokasi persawahan So Carigala yang disebut sekarang Rasa Toi. Lama kemudian atas kesepakatan bersama, mereka pindah ke sebelah barat Doro-Umbu, di tepi sungai Rue.
Rupe berasal dari kata Rapu. Rapu berarti Rapat yakni selalu dekat. Rapu, rapat atau selalu dekat adalah kebiasaan masyarakat pada saat itu untuk menanggapi atau membahas sesuatu yang akan diselesaikan melalui Rapu atau rapat, atau musyawarah bersama, terutama mendekatkan diri guna menerima perintah dari Baginda Raja Biia. Wilayah penyebaran pencaharian dou Rupe ke arah timur mulai dari So Sambane, Rore, Oi-Ua, Dumu, Kangga, Nggira sampai ke Tanjung Jampa dan Doro Toi
Urutan kepemimpinan atau gelarang Rupe dibatasi sejak akhir abad ke-18 yakni sebagai berikut:
- Jamal Ompu Fa 1885-1905
- Danggi Ompu Muna 1905-1913
- Saleh ama Haka 1913-1925
- Haji Rahe 1925-1946
- Usban Ompu sarume 1946-1953
Kepemimpinan yang dimulai pada tahun 1885-1946 masih mengandalkan kekuatan fisik, karena pada jaman itu dipengaruhi oleh keganasan Negara-nagara yang menjajah sistim kekuasaan pun belum teratur secara administrasi yang baik sedangkan kepemimpinan yang dilakukan oleh Usman Ompu sarume 1946-1953 sudah mulai ditata secara administrasi walaupun belum maksimal.
PENGGABUNGAN GELARANG KURUJANGA DAN RUPE
Latar belakang penggabungan kedua Gelarang tersebut yaitu adanya kebijakan pemerintah Swapraja Bima tahun 1953. Kedua Gelarang tersebut diputuskan menjadi sebuah gelarang saja, yakni mengambil nama Gelarang Rupe. Gelarang Rupe pada saat itu bernama MAN Ompu Sarume diangkat menjadi Ompu Tua (Gelarang) Desa Rupe, sedangkan Gelarang Kurujanga yang bernama H.SULAIMAN ABDUL LATIF diangkat menjadi Ompu Sampela (Wakil Gelarang) Desa Rupe. Kedua Gelarang yang digabung diatas memiliki ciri khasnya yang berbeda dan menempati pemukiman dan lahan yang tetap seperti keasliannya dahulu.
URUTAN GELARANG/ KEPALA DESA RUPE.
Setelah bergabungnya kedua Gelarang Kurujanga dan Gelarang Rupe, maka secara kronologis kepemimpinan Desa Rupe dipangku oleh :
No |
Nama Gelarang / Kepala Desa |
Masa/Tahun Kepemimpinan |
1 |
Jamal Ompu Fa |
1885 - 1905 |
2 |
Danggi Ompu Muna |
1905 - 1913 |
3 |
Saleh Ama Hawa |
1913 - 1925 |
4 |
Haji Rahe |
1925 - 1946 |
5 |
Man Ompu Sarume |
1946 - 1968 |
6 |
TG. Drs. H.Bahnan M.Ali |
1968 - 1970 |
7 |
H.Sulaiman Abdul Latif |
1970 - 1973 |
8 |
H.M.Saleh Mansyur, BA |
1973 - 1978 |
9 |
TG H.Abdul Muthalib Ali |
1978 - 1986 |
10 |
Abdurrachman Djamaluddin |
1986 - 2002 |
11 |
Nukrah H.M.Toib, S.Sos |
2002 - 2013 |
12 |
Drs. Mukhtar H. Idris |
2013 - 2019 |
13 |
Adam Malik |
2020 - 2026 |
“Semoga dengan adanya tulisan ini, kita sebagai generasi muda/penerus khususnya Masyarakat Desa Rupe Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima, dapat mengenal, mengetahui, memahami sejarah desa kita tercinta sehingga tidak terkikis jaman, bahwa Desa kita dibentuk melalui suatu musyawarah besar (mbolo ro dampa) oleh para tetua kita terdahulu dengan didasari rasa persaudaraan dan kepentingan bersama”.
(Sumber. Kepustakaan Nasional, Buku Mulok Kabupaten Bima melalui Pendekatan Metode Kepustakaan & Budaya serta Sumber Lisan/Cerita Rakyat)
Dikutip dari berbagai sumber. Penulis: Kamaruddin, S.Pd
- Semoga Bermanfaat-
Untuk kesempurnaan, silahkan tinggalkan komentar pada kolom komentar dibawah ini
"Sangat Bermanfaat
"Sangat bermanfaat n terimakasih atas informasinya
"Informasi yang bagus,